Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Senin, 20 Februari 2012

Emas Sebagai Pertahanan Terakhir Bangsa

Sebuah fakta tak terbantahkan:
1.    IMF (Dana Moneter Internasional) tidak mengijinkan Indonesia mengkaitkan nilai tukar Rupiah dengan emas (Article 4, section 2.b). Indonesia hanya boleh mengaitkan nilai tukar Rupiahnya dengan US Dollar.
Pelarangan ini jelas merugikan negara-negara pemilik sumber emas seperti Indonesia!
2.    Sebagai anggota IMF, Indonesia harus melaporkan segala aktivitas yang terkait dengan emas, seperti cadangan emas yang dimiliki oleh bank sentral dan bank atau lembaga keuangan lainnya, produksi emas, serta ekspor dan impor emas (Article VIII, Section 5.a) (Sumber: buku Think Dinar!)
Ada apa dengan ini semua? Kalau kita cermati, ini adalah bukti negara-negara besar seperti Amerika Serikat tidak ingin negara-negara pemilik sumber emas memiliki power, karena limpahan emas yang ada di negerinya. Mereka ingin tetap mengontrol dan mengeruk sumber-sumber emas kita dan menyimpannya di berangkas mereka. Buktinya simpanan emas Amerika Serikat mencapai lebih dari 8000 ton (bandingkan dengan Indonesia yang notabene negeri di mana ladang-ladang emas berada, hanya memiliki cadangan emas sekitar 73 ton!).
Melihat fakta ini, sebagai rakyat apa yang seharusnya kita lakukan? Tentu kita harus membalas ketidakadilan mereka dengan cerdik. Mereka memang bisa memonitor kepemilikan emas pemerintah atau bank-bank di negeri ini, tetapi mereka tidak akan mampu mendeteksi seberapa besar jumlah emas yang dimiliki rakyat Indonesia.
Kalau suatu saat sistem ekonomi kapitalis ambruk (tanda-tandanya sudah mulai terlihat), dan negara-negara penimbun emas (Amerika Serikat dan sebagian negara Eropa) masih bisa survive lantaran simpanan emasnya, bagaimana dengan Indonesia? Masih cukupkah hanya dengan mengandalkan 73 ton emas simpanannya?
Sebagai rakyat yang mencintai negeri ini, dan tentunya yang membenci ketidakadilan ekonomi, kita harus mulai mempraktikkan “Silent is Gold = Diam itu emas”, maksudnya secara diam-diam kita turut juga menyimpan emas, sebanyak kemampuan kita untuk menyimpannya. Meskipun menyimpannya sedikit demi sedikit, gram per gram, itu tidak menjadi masalah, karena ini menjadi bukti kecintaan kita kepada negeri ini. Karena emas diyakini sanggup menjadi pertahanan terakhir kita untuk mengamankan masa depan anak cucu kita.
Jika saja, dari sekitar 260 juta penduduk Indonesia, separuhnya saja (sekitar 130 juta penduduk) melakukan hal yang sama, menabung sedikit demi sedikit uang hasil keringatnya dan kemudian dibelikan emas (ingat kalau bisa emas murni 24 karat, bukan dalam bentuk perhiasan) dan melakukannya diam-diam tanpa sepengetahuan negara-negara barat, niscaya kita akan membantu keberlangsungan bangsa ini.
Jika dari 130 juta penduduk, masing-masingnya sanggup menyimpan 1 gram emas per tahun, maka hanya dalam kurun waktu 1 tahun, emas sudah berpindah ke negeri ini sebesar 130 ton (hampir 2 kali lipat cadangan emas yang dimiliki pemerintah Indonesia)! Jika terus berkelanjutan, dalam kurun waktu hanya 5 tahun, cadangan emas di negeri ini sanggup menembus angka 650 ton!
Bagaimana kalau semua berlanjut hingga 10 atau 15 tahun, niscaya, kemandirian suatu bangsa bukan lagi angan-angan tetapi sesuatu yang bakal terwujud tidak lama lagi. Insya Alloh.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar