Saat ini konsentrasi kita tersedot kepada turunnya nilai rupiah terhadap dollar amerika. Saat artikel ini ditulis (13 Agustus 2015), nilai tukar rupiah terhadap dollar US mencapai 13.800. Angka penurunan fantastis dan di luar prediksi banyak pihak.
Hal ini diperparah dengan hasil survei yang dilakukan Bloomberg, pada tahun ini Indonesia masuk dalam daftar negara yang paling menyengsarakan untuk hidup dan bekerja. Indikatornya antara lain meningkatnya pengangguran dan melonjaknya inflasi.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
STOP jangan khawatir berlebihan. Kekhawatiran berlebihan tidak menyelesaikan masalah. Yakin saja, bangsa kita sudah teruji menghadapi krisis. Yakin saja dengan kekuatan yang kita miliki. Optimisme akan membuat pikiran dan hati kita lebih jernih dalam mencari solusi.
Lalu apa solusinya?
Yang paling utama adalah jauhkan sikap menghambur-hamburkan uang berlebihan. Jangan biarkan uang yang kita dapatkan dibelanjakan sia-sia. Misalkan kita membeli suatu produk yang sebenarnya kita tidak butuhkan. Kita membelinya hanya karena ada diskon misalnya.
Yang kedua, mari kita sama-sama kuatkan sektor riil kita. Kunjungilah pasar-pasar tradisional untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga kita. Belilah produk-produk dalam negeri, nomor duakan produk impor. Belanjakan uang kita untuk kegiatan produktif misalnya modal dagang, bukan justru untuk membayar hutang kartu kredit.
Yang ketiga, mari bijak berinvestasi. Ketika situasi ekonomi sedang terpuruk terutama angka inflasi yang meninggi karena meroketnya harga kebutuhan pokok, berinvestasilah ke berbagai instrumen yang terbukti tahan krisis seperti: EMAS dan tanah.
Emas (DINAR atau LOGAM MULIA) sudah terbukti tahan inflasi. Nilainya akan selalu tinggi dibanding angka inflasi. Begitu pula harga tanah akan terus merangkak naik meskipun krisis ekonomi sedang melanda. Meskipun harus juga tetap diingat, setiap investasi akan ada risiko kerugian tanpa terkecuali emas dan tanah.