Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Selasa, 26 Maret 2013

Perencanaan Keuangan Syariah Untuk Gaji Pas-pasan?

Menyambung penjelasan sederhana kami beberapa waktu yang lalu tentang alokasi pendapatan sesuai syariah yang secara umum berlaku untuk kita yang berpenghasilan lebih dari cukup, mungkin timbul pertanyaan mengenai bagaimana caranya hal yang sama bisa dilakukan untuk yang bergaji pas-pasan?

Bagi Anda yang berpenghasilan pas-pasan, jangan khawatir, Islam juga punya solusi untuk masalah keuangan Anda. Anda tidak perlu memaksakan diri mengikuti pola 3 SEPERTIGA (40% untuk modal kerja, 30% untuk konsumsi, dan 30% untuk sedekah).

Dalam kisah tentang seorang sahabat Anshar yang curhat kepada Rasulullah mengenai problem keuangannya, Rosul Muhammad SAW memberi solusi untuk menjual pelana dan gelas yang dimiliki sahabat tersebut. Setelah diperoleh 2 DIRHAM (perak) dari penjualan kedua barang tersebut, rasulullah membagi 2 DIRHAM menjadi dua bagian:

1. Satu DIRHAM pertama untuk kebutuhan konsumsi sahabat tersebut bersama keluarganya.
2. Satu DIRHAM kedua untuk modal kerja dengan cara dibelikan kapak untuk mencari kayu. 


Dengan solusi yang bijak dan luar biasa inilah, sahabat yang curhat tersebut bisa memberi makan keluarganya dan juga bisa bekerja mencari kayu dan mendapatkan 10 DIRHAM dari hasil menjual kayu cariannya.

Dari kisah ini, bagi Anda yang memiliki penghasilan pas-pasan tidak usah minder. Anda tinggal mengikuti saja apa yang disarankan rasulullah tersebut. Anda tinggal membagi penghasilan Anda menjadi 50:50. Lima puluh persen anda peruntukkan untuk konsumsi keluarga, sedangkan sisanya ada peruntukkan bagi modal kerja.

Apa ini tidak memberatkan karena kita harus "hidup" dari 50% pendapatan? Anda jangan khawatir, Insya Alloh solusi yang disarankan rasulullah berlaku sepanjang masa. Artinya itu juga akan baik buat Anda. Anda tinggal mengevaluasi ulang rencana pos-pos pengeluaran Anda. Untuk sementara Anda harus bisa mengetatkan ikat pinggang. Prioritaskan pengeluaran keuangan untuk kebutuhan yang memang diperlukan saja (hindari kebutuhan yang hanya sekedar mengikuti nafsu keinginan). Misalnya untuk sementara, kurangi jalan-jalan ke mall bersama keluarga. Isi dengan acara santai di rumah yang tidak harus mengeluarkan banyak biaya. Jangan khawatir usaha yang Anda lakukan hanya bersifat sementara (ingat kembali kisah sahabat nabi di atas).

Lalu bagaimana dengan 50% dari penghasilan diperuntukkan untuk apa saja? Tentu sesuai saran nabi, setengah gaji Anda ini diperuntukkan untuk modal kerja (sama seperti membeli kapak untuk mencari kayu pada kasus sahabat Anshar di atas). Di dalamnya Anda bisa mengalokasikan untuk tabungan/investasi (10%), selain untuk ongkos kerja (10-15%), dan membayar cicilan-cicilan (25-30%).

Insya Alloh jika Anda bisa konsisten melakukan ini, masalah keuangan Anda bisa terselesaikan. Aamiin.

Mungkin lantas Anda bertanya, dengan konsep ini apakah saya tidak boleh bersedekah? Jawabnya tentu saja boleh. Karena dengan sedekah, Insya Alloh harta kita akan semakin bertambah dan bertambah. Tetapi kita juga harus ingat hadist Rasulullah SAW:

"Tidak ada sedekah kecuali dari harta yang berlebih." (HR Al-Bukhari) atau di riwayat lain "Sebaik-baik sedekah adalah dari harta yang lebih." (HR. Al-Bukhari).

Dan Anda perlu ingat juga bahwa pada hakikatnya memenuhi kebutuhan keluarga (isteri dan anak) juga bagian dari sedekah. Insya Alloh setelah penghasilan Anda bertambah dari modal kerja yang Anda alokasikan dan kebutuhan dasar keluarga Anda telah terpenuhi, Anda bisa mulai mengaplikasikan konsep 3 SEPERTIGA yang di dalamnya ada alokasi untuk sedekah.

Wallohu a'lam bishowab.

Minggu, 24 Maret 2013

ALOKASI PENDAPATAN SESUAI KETENTUAN SYARIAH (INSYA ALLOH BERKAH)

Sangat menarik...ternyata sejak lebih dari 1400 tahun yang lalu, jauh sebelum lembaga perencanaan keuangan dunia berdiri, agama Islam sudah memiliki konsep perencanaan keuangan keluarga yang baik.

Rasulullah SAW bersabda,"Pada suatu ketika ada seorang lelaki berjalan di suatu tanah lapang - yang tidak berair, lalu ia mendengar suatu suara dalam awan:"Siramlah kebun si Fulan itu!"

Kemudian menyingkirlah awan itu menuju ke tempat yang ditunjukkan, lalu menghabiskan airnya di tanah lapang berbatu hitam itu. Tiba-tiba sesuatu aliran air dari sekian banyak aliran airnya itu mengambil air hujan seluruhnya.

Kemudian orang tadi mengikuti aliran air tersebut. Sekonyong-konyong tampaklah olehnya seorang lelaki yang berdiri di kebunnya mengalirkan air itu dengan alat keruknya. Orang tersebut bertanya kepada pemilik kebun:"Hai hamba Alloh, siapakah nama Anda?"

Si pemilik kebun menjawab:"Namaku Fulan," dan nama ini cocok dengan nama yang didengar olehnya di awan tadi. Pemilik kebun bertanya:"Mengapa Anda tanya nama saya?" Orang itu menjawab:"Sesungguhnya tadi saya tadi mendengar suatu suara di awan yang inilah air turun daripadanya. Suara itu berkata:"Siramlah kebun si Fulan itu! Nama itu sesuai benar dengan nama Anda. Sebenarnya apakah yang Anda lakukan?"

Pemilik kebun menjawab:"Adapun Anda menanyakan semacam ini, karena sesungguhnya saya selalu melihat - memperhatikan benar-benar - jumlah hasil yang keluar dari kebun ini. Kemudian saya:

1). Bersedekah dengan sepertiganya
2). Makan bersama keluarga saya yang sepertiganya
3). Kembalikan pada kebun ini yang sepertiganya pula - untuk bibit-bibitnya.

Wow...Islam memang benar-benar agama yang super lengkap! Bahkan dalam urusan mengelola keuangan keluarga saja ada aturannya.

Mengenai konsep pengelolaan keuangan keluarga ini, Abu Yusuf (penulis buku Cerdas Berhitung Sebelum Berutang) memberikan penjelasan mendetail. Income (pendapatan) dibagi menurut konsep tiga sepertiga:

1). 40% dari pendapatan dialokasikan untuk modal kerja yang dibaginya menjadi dua jenis: aktif dan pasif.

Aktif : Investasi bulanan/tahunan (10% dari total pendapatan), Ongkos kerja (10-15% dari total pendapatan)
Pasif : Cicilan-cicilan (Rumah, kendaraan, dll) (20-30% dari total pendapatan)

2). 30% dari pendapatan diperuntukkan untuk konsumsi keluarga seperti makanan pokok (beras, lauk pauk), pakaian sehari-hari (15-20% dari total pendapatan), listrik, telepon rumah, dll, namun tidak termasuk untuk pakaian kerja, makan di tempat kerja, dan makan di saat liburan.

3). 30% dari pendapatan ditempatkan untuk charity (sedekah), termasuk di dalamnya dana pendidikan anak, dana pensiun, zakat-infaq-sedekah, dana darurat, dll.

Insya Alloh dengan mengamalkan konsep pengelolaan pendapatan keluarga sesuai tuntuna Alloh SWT, kita akan mendapat berkah dan rejeki kita akan semakin bertambah, seperti kisah si pemilik kebun yang dengan ijin Alloh didatangi oleh awan yang menyirami tanahnya dengan air hujan.

#Catatan: Konsep ini cocok diterapkan untuk yang berpenghasilan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Sementara bagi yang berpenghasilan kecil ada konsep syariah lainnya yang insya alloh akan diterangkan pada kesempatan lain.

Selasa, 19 Maret 2013

Menyiapkan Dana Pendidikan Anak dengan DINAR

Dengan kenaikan harga berkisar 15-20% per tahun (bisa kurang atau pun lebih, tetapi biasanya di atas angka inflasi), emas logam mulia ataupun dinar emas bisa dijadikan salah satu instrumen yang cukup handal untuk menggapai tujuan keuangan di masa depan, misalnya dana pendidikan untuk anak.

Semisal kita ingin 18 tahun kemudian anak kita masuk perguruan tinggi ternama. Karena biayanya tentu tidak murah, karenanya sangat penting bagi kita merencanakan pemenuhan biaya tersebut sejak dini. Semakin lama rentang waktu yang tersedia dibarengi semakin cepat kita memulai menyiapkan dananya, maka akan semakin sedikit uang yang harus kita cicil per bulannya untuk memenuhi biaya pendidikan anak di masa depan.

Taruhlah biaya kuliah saat ini Rp 85 juta yang terdiri atas biaya masuk perguruan tinggi, biaya pendidikan per tahun, dan biaya hidup selama menempuh pendidikan. Total biaya tersebut jika dikonversi terhadap harga dinar saat ini yang berkisar 2,217,958 (harga 19 Maret 2013) adalah sekitar 38 keping dinar. Dengan asumsi kenaikan harga dinar bisa mengimbangi angka inflasi, kita bisa menyederhanakan perhitungan dengan tidak mengalikan biaya pendidikan saat ini dengan faktor inflasi sehingga diperoleh biaya pendidikan saat dibutuhkan (18 tahun mendatang). Kita cukup mengkonversi biaya pendidikan saat ini dengan harga dinar saat ini pula.

Setelah kita mengetahui biaya pendidikan anak kita 18 tahun mendatang adalah 38 dinar, maka sejak saat ini sampai 18 tahun mendatang kita bisa mulai mencicilnya. Cukup secara konsisten kita menabung 2 dinar per tahun atau 0.175 dinar per bulan, maka kebutuhan pendidikan anak di perguruan tinggi 18 tahun mendatang Insya Alloh bisa terpenuhi. Ya cukup dengan menabung 0.175 dinar per bulan secara konsisten kita bisa memenuhi salah satu tujuan keuangan masa depan kita.