Di kampung saya ada budaya yang unik, yang sampai saat ini tetap berlangsung turun temurun. Saat seseorang menggelar hajat (pernikahan, khitanan), para tetangga akan dengan senang hati membantu dengan “menyumbang” kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan yang punya hajat. Ada yang “menyumbang” bahan kebutuhan pokok misalnya beras, terigu, minyak, dll. Ada pula yang “menyumbang” buah-buahan untuk disajikan saat pesta resepsi digelar, dan lain sebagainya.
Kata menyumbang sengaja saya berikan tanda kutip, karena pada hakikatnya bukan menyumbang secara sukarela melainkan hanya meminjamkan (walaupun yang punya hajat tidak memintanya). Suatu saat, ketika si penyumbang menggelar hajat, barang “sumbangan” yang dia berikan dahulu wajib dikembalikan dalam bentuk yang sama.
Yang menjadi pertanyaan, jika si “penyumbang” memberikan barangnya tahun ini, sementara si “penyumbang” baru akan mengadakan hajat 10 tahun mendatang. Kira-kira ada pihak-pihak yang dirugikan tidak ya? Bukannya harga 1 karung beras saat ini jauh lebih murah dibandingkan harga 1 karung beras 10 tahun yang akan datang? Misalnya harga 1 karung beras saat ini 1 juta, maka bisa jadi harga 1 karung beras 10 tahun mendatang mencapai 2,5 juta (asumsi angka inflasi per tahun sebesar 10%).
Kalau dilihat dari besarnya jumlah uang, secara kasat mata, pihak yang “menyumbang” saat ini akan diuntungkan. Karena misalnya saat ini dia hanya mengeluarkan uang 1 juta untuk membeli 1 karung beras, sementara 10 tahun mendatang dia bisa menerima 1 karung beras dengan harga 2,5 juta. Tetapi benarkah demikian? Ternyata tidak. Justru sistem sumbang-menyumbang barang ini jauh lebih adil dibanding kita menyumbang dalam bentuk uang. Kenapa bisa begitu? Karena nilai 1 karung beras saat ini akan sama dengan nilai 1 karung beras 10 tahun yang akan datang, meskipun jumlah nominal uang untuk membelinya berbeda.
Bagaimana kalau kita “menyumbang” dalam bentuk uang? Kenapa disebut tidak lebih adil? Sebagai ilustrasi misalnya, saat ini kita sedang memiliki cukup banyak rejeki sehingga ketika ada tetangga yang mempunyai hajat, kita memutuskan “menyumbang” dalam bentuk uang. Ketika si “penyumbang” berhajat 10 tahun mendatang, maka uang “sumbangan” tersebut diharapkan bisa dikembalikan. Karena menghindari riba, maka jumlah uang yang dikembalikan sama, misalnya 1 juta. Maka dengan metode ini, pihak “penyumbang” awal akan dirugikan (kecuali dia ikhlas), karena uang 1 juta saat ini nilainya jauh lebih besar dibanding uang 1 juta 10 tahun yang akan datang. Dengan uang 1 juta hari ini, mungkin kita bisa membelikan satu karung beras, tetapi jumlah yang sama 10 tahun yang akan datang, paling-paling hanya bisa dibelikan setengah karung beras.
Inilah kenapa dalam sistem kapitalis, jika kita meminjam uang, maka kita akan dikenai bunga karena untuk menutupi penurunan nilai uang. Sementara dalam sistem ekonomi Islam, keberadaan bunga sangat dilarang karena cenderung akan memberatkan si penghutang dan uang bukanlah sesuatu komoditi yang bisa ditarik keuntungan darinya!
Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana kita bisa menghitung nilai uang kita di masa depan? Misalnya kita mempunya uang 1 juta saat ini, kira-kira 10 tahun mendatang uang kita tersebut setara dengan jumlah nominal berapa ya?
Lalu kenapa kita harus mengetahui hal ini? Karena dengan memahami cara perhitungannya kita bisa mengestimasi kebutuhan kita di masa depan berdasarkan kebutuhan saat ini. Misalnya uang masuk sekolah saat ini 1 juta, maka dengan perhitungan perkiraan nilai uang di masa depan, maka kita dapat mengestimasi biaya masuk sekolah untuk anak 10 tahun mendatang. Dengan demikian kita bisa membuat perencanaan keuangan dengan lebih baik.
Secara sederhana rumus perhitungannya adalah :
Dengan FV = Future Value (Nilai/Harga di akhir waktu n)
PV = Present Value (Nilai/Harga saat ini)
r = Tingkat Bunga (dalam hal ini inflasi)
n = waktu
Misalnya jumlah uang saat ini 1 juta (PV) dengan asumsi tingkat inflasi per tahun sebesar 10% (r), maka uang tersebut 10 tahun (n) mendatang akan setara dengan:
Dari persamaan ini diperoleh bahwa uang 1 juta kita saat ini akan sama nilainya dengan uang 2.590.000 pada 10 tahun mendatang. Mudah bukan? Dengan mengetahui perhitungan sederhana ini, kita dapat memperkirakan kebutuhan-kebutuhan pengeluaran di masa mendatang berdasarkan kebutuhan-kebutuhan saat ini dengan memperhitungkan angka inflasi per tahun yang terjadi. Jadi jangan ragu-ragu mulai hitung kembali rencana keuangan kita agar tidak sampai meleset jauh dari perkiraan.
Dengan rumus yang sama kita juga bisa memperkirakan jumlah uang yang nantinya akan kita peroleh di masa depan dengan menabung sejumlah uang di masa sekarang, dengan hanya mengganti r (inflasi) dengan bagi hasil (konvensional: bunga) yang akan kita peroleh dari pihak bank.
Selamat mencoba !